Model-model Analisa Politik
Model Sistem Politik dari David Easton
Ciri-ciri sistem politik :
1.Ciri-ciri identifikasi
Untuk membedakan suatu sistem politik dari sistem-sistem sosial lainnya, kita
harus bisa mengidentifikasinya dengan menggambarkan unit-unit dasarnya
(berwujud tindakan-tindakan politik) dan membuat garis batas yang memisahkan
unit-unit itu dari unit-unit yang ada di luar sistem politik itu. Dan yang
termasuk dalam suatu sistem politik adalah semua tindakan yang lebih kurang
langsung berkaitan dengan pembuatan keputusan-keputusan yang mengikat
masyarakat.
2.Input (masukan) dan Output (keluaran)
Sistem politik memiliki konsekuensi-konsekuensi yang penting bagi masyarakat,
yaitu keputusan-keputusan otoritatif. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang
disebut output. Untuk menjamin tetap bekerjanya suatu sistem diperlukan
input-input secara ajeg. Tanpa input sistem itu tidak akan dapat berfungsi;
tanpa output kita tidak dapat mengidentifikasikan pekerjaan yang dikerjakan
oleh sistem itu.
3.Diferensiasi (Pembedaan hak dan kewajiban) dalam suatu system
Secara empiris tidak mungkin ditemukan suatu sistem politik di mana unit-unitnya
mengerjakan kegiatan-kegiatan yang sama pada waktu yang sama. Anggota-anggota
dari suatu sistem paling tidak mengenal pembagian kerja minimal yang memberikan
suatu struktur tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan itu.
4.Integrasi (Penyatuan) dalam suatu system
Bila suatu sistem berstruktur ingin mempertahankan dirinya, sistem itu harus
memiliki mekanisme yang bisa mengintegrasikan atau memaksa anggota-anggotanya
untuk bekerja sama walaupun dalam kadar minimal sehingga mereka dapat membuat
keputusan-keputusan yang otoritatif.
Ada dua jenis pokok input suatu sistem politik: yaitu tuntutan dan dukungan.
Input-input inilah yang memberikan bahan mentah atau informasi yang harus
diproses oleh sistem itu, dan juga energi yang dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup sistem itu. Ada satu fakta yang mendominasi kehidupan politik semua
masyarakat: yaitu kelangkaan akan sebagian besar hal-hal atau benda-benda yang
bernilai tinggi. Beberapa dari tuntutan akan hal-hal yang relatif langka itu
tidak pernah masuk ke dalam sistem politik sebelum dipenuhi melalui
perundingan-perundingan pribadi dari atau penyelesaian-penyelesaian oleh
orang-orang yang terlibat di dalamnya. Tuntutan-tuntutan itu timbul dari dua
bidang pengalaman yaitu dari lingkungan di sekitar sistem itu (tuntutan
eksternal) atau di dalam sistem itu sendiri (tuntutan internal).
Input-input berupa tuntutan saja tidaklah memadai untuk keberlangsungan kerja
suatu sistem politik. Input tuntutan itu hanyalah bahan dasar yang dipakai
untuk membuat produk akhir, yang disebut keputusan. Untuk tetap menjaga
keberlangsungan fungsinya, sistem itu juga memerlukan energi dalam bentuk
tindakan-tindakan atau pandangan-pandangan yang memajukan dan merintangi suatu
sistem politik, tuntutan-tuntutan yang timbul di dalamnya, dan
keputusan-keputusan yang dihasilkannya. Input ini disebut dukungan (support).
Tanpa dukungan, tuntutan tidak akan bisa dipenuhi atau konflik mengenai tujuan
tidak akan terselesaikan. Dukungan dimasukkan ke dalam sistem politik dan
mengarah pada tiga sasaran: komunitas, rezim, dan pemerintah. Dan dukungan
memiliki mekanisme yaitu melalui output dan politisasi.
Model Gabriel A. Almond
Kesatuan dan keutuhan tulisan ini dibentuk oleh tiga konsep, yaitu sistem,
struktur, dan fungsi. Sistem kita artikan sebagai suatu konsep ekologis yang
menunjukkan adanya suatu organisasi yang berinteraksi dengan suatu lingkungan,
yang mempengaruhinya maupun dipengaruhinya. Sistem politik merupakan organisasi
melalui mana masyarakat merumuskan dan berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama
mereka. Untuk melakukan berbagai kegiatan ini sistem politik mempunyai
lembaga-lembaga atau struktur-struktur; seperti parlemen, birokrasi, badan
peradilan, dan partai politik, yang menjalankan kegiatan-kegiatan atau
fungsi-fungsi tertentu, yang selanjutnya memungkinkan sistem politik itu untuk
merumuskan dan melaksanakan kebijakan-kebijakannya. Konsep-konsep itu sangat
penting untuk memahami bagaimana politik dipengaruhi oleh lingkungan alam dan
lingkungan manusianya, dan bagaimana politik mempengaruhi kedua lingkungannya
itu. Konsep-konsep itu merupakan komponen-komponen konseptual dari suatu
pendekatan ekologis terhadap politik.
Terjadi pengaruh mempengaruhi baik itu di berbagai segi struktur intern dari
suatu sistem politik berubah sesuai dengan berubahnya politik ekstern, ataupun
sebaliknya. Begitu juga halnya dengan kebijakan-kebijakan internnya, dan
organisasi-organisasi serta lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk menjalankan
kebijakan-kebijakan itu. Sifat saling tergantung itu bukan hanya dalam hubungan
antara kebijakan dengan sarana-sarana institusional itu saja. Lembaga-lembaga
atau bagian-bagian dari sistem politik juga saling tergantung.
Ada beberapa struktur yang umumnya dimiliki oleh sistem politik:
kelompok-kelompok kepentingan, partai-partai politik, badan legislatif,
eksekutif, birokrasi, dan badan-badan peradilan. Kelemahan dari klasifikasi
enam segi ini adalah karena ia tidak banyak membantu dalam memperbandingkan
satu sistem politik dengan lainnya. Kalau kita dapat menyatakan bahwa
lembaga-lembaga tertentu menjalankan fungsi-fungsi tertentu dengan
konsekuensi-konsekuensi tertentu pula maka barulah analisis perbandingan kita
itu memiliki arti.
Model-Model Analisa Politik lainnya
Apter memberikan perbedaan antara sistem politik demokratis dengan sistem
politik totaliter.Sistem demokratis memberikan respon terhadap
variabel-variabel krisis dengan cara berusaha menengahi kelompok-kelompok yang
berselisih dalam rangka menghasilkan kebijakan-kebijakan yang efektif dan dapat
memperbaiki sebab-sebab ketegangan/perselisihan. Keberhasilannya tergantung
pada keefektifan hubungan
antara masyarakat dengan pemerintah.
Pemerintah merupakan variabel dependen, dan masyarakat merupakan variabel
independen. Sementara dalam sistem totaliter situasinya berkebalikan.
Pemerintah berusaha menangani pelembagaan, sosialisasi, dan penghayatan dengan
memobilisasi penduduk. Ia mentransformasikan keseluruhan masyarakat. Ia tidak
menengahi di dalamnya. Ia menghimpun penduduk untuk tujuan ini. Partisipasi yang
menandingi kekuasaan para elit, di mana orang-orang menetapkan prioritas
menurut keadaan-keadaan mereka sendiri, di batasi.
Mitchell memberikan jenis-jenis input dan output sistem politik yang berbeda
dengan David Easton. Menurut Mitchell input-input sistem politik terdiri dari
tuntutan-tuntutan (demands) dan harapan-harapan (expectations), sumber-sumber
(resources) dan dukungan (support). Output-output sistem politik terdiri dari
tujuan-tujuan/sasaran-sasaran (goals), nilai-nilai (values) dan biaya-biaya
(costs), dan kontrol-kontrol (controls).
Agak berbeda dari Easton dan Almond, Blondel memunculkan konsep konflik
(conflicts). Menurutnya, dalam setiap masyarakat muncul berbagai konflik, dan
fungsi sistem politik untuk “mencerna”-nya. Dia juga membedakan output menjadi
dua jenis yaitu:
1.alamiah (natural): Jika sesuai dengan nilai normatif dalam masyarakat;
2.dipaksakan (imposed); jika tidak sesuai dengan nilai normatif dalam
masyarakat, biasanya menyangkut tingkah laku dan pemikiran dari pemegang kekuasaan.
Sumber buku Perbandingan Pemerintahan Karya Dede Mariana